Fasad depan dengan formasi “pembungkus” untuk mereduksi hawa panas (Dok: Atelier ARA)
Artikel ini telah terbit di Majalah Housing Estate Cetak, Edisi Januari 2020 dengan judul yang sama.
G House merupakan proyek rumah tumbuh yang berada dalam komplek perumahan. Dari tipe rumah standar developer kemudian dikembangkan menjadi bangunan tiga lantai seluas 280 meter persegi di atas lahan 200 meter persegi. Lahan di bagian belakang dipersiapkan untuk dibangun sendiri berdasarkan kebutuhan pemilik rumah. Menariknya, pemandangan di bagian belakang rumah mengarah pada danau buatan dan jogging track yang asri. Pemilik menginginkan rumah yang memiliki dua muka, di bagian depan dan belakang menghadap ke danau.
View depan rumah menghadap danau (Dok: Atelier ARA)
Masalah kondisi lingkungan rumah yang cukup lembap dan panas, coba diselesaikan dengan membuat bentuk massa bangunan memiliki pembungkus kepala pada area luar. Tujuannya untuk memberikan pembayangan pada area bawah sehingga mengurangi panas yang diserap ke dalam rumah. Dinding yang bersebelahan dengan rumah tetangga dibuat void pada bagian yang langsung terkena matahari, agar panas yang diserap dinding dapat terurai oleh udara lebih dahulu sebelum masuk ke dalam rumah.
Baca juga: Ini Manfaat Pencahayaan Alami dalam Rumah, Simak 5 Desain Jendelanya via IDN Times
Natural
Penggunaan material berwarna natural untuk kesan minimalis (Dok: Atelier ARA)
Rumah ini didesain dengan menerapkan kenyamanan, keamanan, dan kesan ruang terbuka bagi pemilik agar memberikan keleluasaan dalam beraktivitas. Pembagian ruang publik-privat dibagi secara vertikal ke dalam tiga lantai. Secara umum, rumah menggunakan material alam dan cat warna natural agar memberikan kesan minimalis bagi ruang di dalamnya. Penggunaan warna lampu soft white juga memberikan efek nyaman, namun tetap terang. Selain itu, pilihan warna lampu ini juga meminimalisasi perubahan warna pantulan cahaya di dinding sehingga kesan natural tetap terjaga.
Lantai Satu
Denah lantai satu yang berisi ruang utama seperti ruang keluarga, ruang makan, dan dapur (Dok: Atelier ARA)
Lantai satu digunakan seluruhnya sebagai area publik, tempat berkumpul, dan aktivitas keseharian keluarga. Keseluruhan area dibuat tanpa sekat sehingga bisa mewadahi banyak fungsi dan terkesan lebih luas. Desain terbuka ini juga berangkat dari kebutuhan ruang yang luas untuk aktivitas anak-anak balita di dalam rumah. Selain mengurangi penggunaan partisi, penyusunan furnitur juga diatur agar terasa menyatu secara keseluruhan, sehingga anak-anak dapat berlarian secara bebas. Di lantai ini juga disediakan area khusus untuk bermain yang dapat dialihfungsikan sebagai ruang belajar atau kerja.
Warna ruangan dibuat putih natural sehingga memberikan mood yang bersih dan minimalis. Penggunaan kaca frameless sebagai pembatas ruang dalam dengan taman memberikan kesan menerus tanpa batas. Terlihat pada ruang makan yang mendapatkan pandangan menerus ke arah taman belakang. Adanya kolam ikan dan aliran air juga menambah suasana tenang dan memberikan kesejukan di dekat ruang makan. Penggunaan pagar belakang yang tidak masif juga memberikan kesan tanpa batas. Sehingga taman yang tadinya terasa kecil menjadi lebih besar, namun tetap memberikan keamanan bagi rumah.
Lantai Dua
Denah lantai dua dengan dua kamar tidur (Dok: Atelier ARA)
Area lantai dua dikhususkan untuk kamar tidur. Kamar tidur utama dirancang spesial dengan bukaan besar dan balkon yang menghadap langsung ke danau buatan. Dari balkon, pemilik dapat menikmati matahari terbenam yang romantis. Desain kamar mandi utama mendapat pencahayaan alami yang maksimal, namun tetap privat karena penggunaan kaca es. Desain kamar mandi dibuat memanjang dengan lantai gelap agar memberikan kesan tegas pada aktivitas, sanitari, dan elemen dekorasi pendukung sehingga memiliki daya tarik tersendiri.
Baca juga: Desain Rumah Mewah dengan Gaya Minimalis Modern yang Stylish di Jakarta
Lantai Tiga
Denah lantai tiga yang dilengkapi service area (Dok: Atelier ARA)
Lantai tiga digunakan sebagai area servis dan semi-publik yang digunakan pada waktu-waktu tertentu untuk berkumpul di sore hingga malam hari. Area ini dibuat semi-outdoor dengan pemandangan ke arah danau. Tempat teratas dari rumah ini dapat difungsikan untuk menonton film bersama dengan menggunakan proyektor.
Profil Arsitek: Atelier ARA
Perencanaan sirkulasi aliran udara terhadap bangunan (Dok: Atelier ARA)
Arsitek pilihan dari Arsitag.com yang merancang rumah ini adalah Atelier Ara atau bisa disingkat ATERA. Studio desain arsitektur yang didirikan sejak 2016 ini digawangi oleh dua arsitek muda Isti Viera Wahyuni dan Nicodemus Raymond. Keduanya mengenyam pendidikan arsitektur di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Atera berfokus pada desain untuk rumah tinggal hingga bangunan komersial. Pendekatan desainnya terinspirasi oleh budaya dan iklim yang kontekstual, juga mengintegrasikan ruang dalam dan luar untuk meleburkan batas di antaranya. Atera juga memiliki visi desain, yakni menangkap ekspresi ruang menjadi tempat yang penuh makna. Seluruh visinya dituangkan dalam rancang bangun yang menyeimbangkan fungsi, identitas, dan estetika untuk memberikan efisiensi maksimum bagi klien. Atera menjamin dapat memberikan kisaran anggaran untuk membangun yang realistis sejak awal proses mendesain.