Saat mendirikan sebuah bangunan, baik itu berupa rumah, kantor, gedung, dan atau semacamnya tentu diperlukan persiapan yang matang agar dapat tercipta bangunan ideal sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan jasa konsultasi desain dengan seorang arsitek. Jasa desain diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah dalam proses pendirian sebuah bangunan.
Nah, biaya desain untuk jasa arsitek itu tidak gratis lho. Perlu dilakukan proses pekerjaan yang cukup berat untuk seorang arsitek dapat menghasilkan desain yang bagus dan tidak sekedar mengambil dari majalah-majalah desain.
Table of Contents
Di Indonesia, ada dua macam cara menentukan besaran biaya desain (design fee). Cara pertama adalah dihitung per meter persegi. Ini adalah cara yang lebih banyak digunakan. Cara kedua adalah dihitung berdasarkan persentase dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) total bangunan. Mari kita telaah keduanya.
(cara paling banyak digunakan)
Kisaran biaya desain untuk jasa arsitek per meter perseginya adalah sekitar 100 ribu hingga 1 juta rupiah per meternya. Perbedaan harga ini tergantung pada pengalaman dan skill dari masing-masing arsitek. Jadi, semakin berpengalaman, harganya juga akan semakin mahal.
Di Indonesia sendiri, pembayaran biaya desain arsitek per meter persegi memang lebih banyak digunakan dan lebih banyak dikenal. Tiap arsitek menetapkan biaya desain yang berbeda-beda untuk setiap meter perseginya. Anda harus cukup berhati-hati dalam memilih arsitek untuk urusan harga. Jangan sekedar memilih yang termurah, tetapi banyak fasilitas yang dikurangi dan dikerjakan secara tidak profesional.
Keunggulan dari menggunakan metode pembayaran per meter persegi antara lain, arsitek tidak akan membuat pemilik proyek boros karena biaya desain per meter sudah fix di awal dan pemilik proyek juga bisa lebih mudah menghitung serta memperkirakan berapa biaya desain yang dibutuhkan untuk proyek tersebut.
Tabel Honorarium Arsitek (Sumber: Ikatan Arsitek Indonesia)
Biaya Bangunan sampai | Kategori Bangunan | |||||
Khusus | Sosial | 1 | 2 | 3 | ||
Kurang Rp | 200 juta | Mengikuti Ketentuan dari Pemerintah yang berlaku | < 2,50% | 6,50% | 7,00% | 8,00% |
Rp | 200 juta | 2,50% | 6,50% | 7,00% | 8,00% | |
Rp | 2 milyar | 2,50% | 5,51% | 5,90% | 6,48% | |
Rp | 4 milyar | 4,78% | 5,13% | 5,60% | ||
Rp | 20 milyar | 4,20% | 4,52% | 4,92% | ||
Rp | 40 milyar | 3,71% | 4,01% | 4,38% | ||
Rp | 60 milyar | 3,29% | 3,58% | 3,92% | ||
Rp | 80 milyar | 2,92% | 3,20% | 3,52% | ||
Rp | 100 milyar | 2,60% | 2,88% | 3,18% | ||
Rp | 120 milyar | 2,32% | 2,59% | 2,88% | ||
Rp | 140 milyar | 2,07% | 2,34% | 2,62% | ||
Rp | 160 milyar | 1,86% | 2,12% | 2,39% | ||
Rp | 180 milyar | 1,67% | 1,98% | 2,20% | ||
Rp | 200 milyar | 1,51% | 1,76% | 2,03% |
Keterangan tabel: Persentase yang tertera pada tabel merupakan persentase biaya desain untuk arsitek berdasarkan biaya bangunan. Persentase fee desain arsitek juga berbeda-beda, tergantung pada kategori bangunan yang dikerjakan. Tabel honorarium di atas merupakan standar minimal biaya desain arsitek yang berlaku dari website resmi IAI (Ikatan Arsitektur Indonesia).
Contohnya: Jika biaya bangunan yang dikerjakan adalah 2 milyar dengan kategori bangunan 1, biaya desain untuk arsitek adalah 2.5 % dari biaya bangunan, yaitu 50 juta rupiah.
*Biaya desain untuk arsitek tersebut tidak sekaligus dibayarkan di awal pengerjaan, tetapi dibagi dalam beberapa tahap dengan persentase tertentu pada tiap tahapannya.
Baca juga artikel: Tahap-tahap Pembayaran Jasa Arsitek
1. Bangunan Khusus
Bangunan yang dimiliki, digunakan, dan dibiayai oleh pemerintah sesuai dengan yang tercantum pada Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
2. Bangunan Sosial
Bangunan sosial yang tidak bersifat komersial (non komersial):
3. Bangunan Kategori 1
Memiliki karakter sederhana, kompleksitas, dan tingkat kesulitan yang rendah.
4. Bangunan Kategori 2
Memiliki karakter, kompleksitas, dan tingkat kesulitan rata-rata
5. Bangunan Kategori 3
Memiliki karakter khusus, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tinggi.
Keunggulan dari metode pembayaran persentase adalah pemilik proyek bisa langsung “terima jadi” dan langsung membayar di akhir saat biaya bangunan telah diketahui jumlahnya. Namun, metode ini mempunyai kekurangan yaitu biaya pembangunan bisa saja membesar di akhir karena tidak ada biaya yang fix di awal.
Baca Juga: Berapa Biaya Untuk Desainer Interior?