Fasad rumah panggung industrial dengan halaman yang luas, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Rumah-rumah di Bali memiliki ciri khas yang begitu mudah dikenali. Biasanya, rumah-rumah Bali menggunakan bata merah dan memasang ukiran tradisional pada dindingnya. Nah, berbeda dengan rumah-rumah Bali tersebut, rumah panggung industrial yang berlokasi di Ubud, Bali ini mengusung nuansa industrial eklektik yang unik dan berkarakter.
Area Publik di Lantai 1
Lantai satu sebagai pusat berbagai kegiatan keluarga dan persiapan upacara adat, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Di rumah panggung industrial ini, material bata merah masih digunakan seperti halnya rumah-rumah Bali kebanyakan. Sebagian material bata merah dibiarkan terekspos tanpa finishing. Sementara, sebagian dinding lainnya menampilkan material beton ekspos tanpa finishing yang menjadi salah satu ciri khas rumah-rumah industrial.
Lantai dasar yang terbuka, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Ukiran-ukiran tradisional khas Bali yang biasa ditemukan menempel di dinding sama sekali tak ditemukan pada hunian ini. Namun, nuansa Bali tetap bisa dirasakan dengan keberadaan tanaman bunga kamboja di pekarangan yang kerap ditemukan di halaman rumah-rumah Bali. Selain itu, ada pula bale-bale dengan berbagai keperluan upacara adat.
Area yang luas untuk berbagai kegiatan keluarga, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Mengikuti konsep dasar rumah panggung, kegiatan utama di rumah tropis batu bata ini dilakukan di lantai atas. Adapun lantai satu yang terbuka berfungsi sebagai area publik. Area ini menjadi area bermain anak, garasi, sekaligus menjadi area untuk menyiapkan upacara adat.
Baca juga: Desain Vila Bali Kontemporer dengan Tangga Putar Super Unik
Konsep Open Spacedi Rumah Panggung Industrial
Ruang keluarga terbuka yang hangat, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Di rumah panggung industrial eklektik ini, geliat aktivitas keluarga bisa ditemukan di lantai dua. Berada di tengah bangunan, sebuah ruang keluarga dirancang terbuka. Keaslian berbagai material seperti bata merah, beton, kayu, dan batu-batu alam di bagian lantai, telah menjadi nuansa yang kental di sekitar ruang keluarga ini.
Kursi kayu jadul yang antik, hunian karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Gaya industrial memang kerap digabungkan dengan gaya lainnya seperti gaya tradisional, vintage, ataupun rustic, sehingga menampilkan sentuhan eklektik. Gaya industrial di ruang keluarga semakin sempurna dengan keberadaan kursi-kursi kayu jadul, pipa-pipa kabel listrik yang terbuka, dan saluran air yang terekspos. Beberapa peralatan dan dekorasi antik seperti mesin jahit dan radio turut membuat desain interior ruang keluarga tampak unik menghiasi rumah industrial tradisional.
Meja makan antik di ruang makan, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Tanpa dipisahkan dinding beton, ruang makan berada tak jauh dari ruang keluarga. Lagi-lagi perabotan antik dari material kayu menjadi pilihan furnitur di ruang makan. Menyiasati tidak adanya dinding pembatas, ruang makan diberi pembatas area berupa lantai keramik warna putih. Selain itu, dinding bata merah juga dicat putih untuk menghadirkan nuansa yang berbeda di area ruang makan.
Jendela-jendela kaca di salah satu sisi ruang makan, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Seperti halnya ruang keluarga, area ruang makan terbilang sangat terbuka. Jendela-jendela kaca ditambahkan sebagai pengganti dinding pada salah satu sisi ruangan. Deretan jendela-jendela ini tidak hanya memberi efek terang, tetapi juga menghadirkan kesan luas sekaligus artistik di dalam ruangan.
Keramik batik di dinding dapur, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Berada satu area dengan ruang makan, sebuah dapur mungil menempati area di sebelah ruang makan. Area dapur mungil ini ditandai dengan keramik motif batik yang dipasang memenuhi satu sisi dinding. Nuansa di area dapur semakin unik dengan perabotan kayu jadul.
Privasi Tinggi di Lantai Atas
Dinding roster yang artistik, hunian karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Menuju ke lantai tiga, tim DDAP Architect mengaplikasikan dinding roster di area anak tangga. Dinding roster ini terbuat dari kombinasi bata merah dan roster tanah liat yang memiliki warna senada. Susunan bata merah dan roster tanah liat ini memberi sentuhan arstistik sekaligus menciptakan suasana berbeda menuju ke lantai tiga. Keberadaan dinding roster juga membuat area anak tangga lebih terang sekaligus menjadi jalan masuk udara.
Baca juga: Desain Rumah Modern dengan Teras Semi Outdoor yang Luas dan Nyaman
Kamar tidur di lantai atas, karya DDAP Architect, via Arsitag.com
Di rumah panggung industrial ini, lantai paling atas atau lantai tiga merupakan area yang sifatnya lebih privat. Ruang-ruang yang butuh privasi tinggi seperti kamar tidur ditempatkan di lantai ini. Ruang tidur juga membutuhkan ketenangan lebih, sehingga layak diletakkan di lantai atas.
Bata merah ekspos dan kayu menjadi dua material yang mendominasi kamar tidur. Untuk menghindari kesan gelap, ditambahkan dua jendela berukuran besar, sehingga kamar tidur menjadi lebih terang. Sedangkan, untuk plafon, tim DDAP Architect mengaplikasikan plafon yang bentuknya mengikuti bentuk atap. Tak hanya membuat kamar tidur jadi terasa semakin artistik, langit-langit seperti ini membuat suasana ruang terasa lebih lega dan lebar. Pilihan plafon ini semakin sempurna berkat atap model pelana kuda. Plafon membentuk kemiringan ke arah atas yang membuat ukuran ruang menjadi lebih tinggi.
Nah, konsep dasar rumah panggung seperti ini sesungguhnya bukanlah konsep yang baru, melainkan sudah berumur tua sekali. Konsep tersebut diterjemahkan dengan sangat baik oleh tim DDAP Architect dalam bangunan modern bernuansa industrial eklektik. Jadi, apakah Anda tertarik memiliki hunian seperti rumah panggung industrial ini?