Cover : Rooftop Garden, kebun produktif sekaligus tempat bersantai dan bercengkerama (Sumber: arsitag.com)
Bagi masyarakat perkotaan yang kini lekat dengan sebutan ‘kaum urban’, memiliki rumah dengan kebun rasanya hanya impian belaka. Namun, pesimisme ini ditepis oleh Sigit Kusumawijaya, seorang arsitek dan urban designer, lewat karyanya “Rumah Kebun Mandiri Pangan”, sebuah rumah yang berada di kawasan BSD, Tangerang Selatan. Sigit Kusumawijaya berhasil mengangkat isu ketahanan pangan dan menerapkannya ke dalam desain hunian. Mari kita intip penerapan konsep Urban Farming di Rumah Kebun Mandiri Pangan (Food Self-Sufficiency House) yang bikin takjub ini!
1. Apa Itu Konsep Urban Farming?
Tanaman rambat membuat façade Rumah Kebun Mandiri Pangan tampak sejuk dan menawan (Sumber: arsitag.com)
Konsep ini mungkin masih terdengar asing dan banyak orang yang mengiranya sama saja dengan “Green Architecture” (Arsitektur Hijau). Memang, konsep Urban Farming berasal dari akar pemikiran yang sama dengan Arsitektur Hijau, namun penerapannya lebih mendalam.
Konsep Urban Farming berkolaborasi dengan desain rumah karya Sigit Kusumawijaya (Sumber: arsitag.com)
Keduanya sama-sama peduli pada lingkungan dan menawarkan arsitektur ramah lingkungan yang diharapkan dapat membawa perubahan positif di tengah meningkatnya suhu bumi akibat pemanasan global. Urban Farming mengkombinasikan Arsitektur Hijau dengan pertanian dan menerapkannya di area perkotaan. Untuk skala kecil di kawasan hunian, konsep ini juga dikenal sebagai “Home Farming”.
2. Pentingnya Penerapan Konsep Urban Farming
Keasrian tanaman dalam pot dan vertical garden membuat rumah terasa sejuk dan nyaman (Sumber: arsitag.com)
Menurut Sigit Kusumawijaya, penerapan konsep Urban Farming pada desain arsitektur dan lansekap sebenarnya “beyond green architecture”, karena fungsi tanaman sebagai elemen penghijauan pada bangunan tidak hanya menjadikan iklim mikro di sekitar bangunan tersebut menjadi lebih rindang dan sejuk, namun juga menambah unsur estetis dan ornamen. Ditambah lagi, dengan memanfaatkan tanaman yang bisa dikonsumsi, seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat, pemilik dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Visi jangka panjangnya merujuk kepada kemandirian dan ketahanan pangan.
Aneka tanaman anggrek menjadi elemen estetis dengan warna-warni alami yang menyegarkan (Sumber:arsitag.com)
Memang tidak semua orang menerima konsep ini karena untuk menanam tanaman yang dapat dikonsumsi, membutuhkan tekad dan keinginan yang kuat, kemampuan, dan waktu untuk merawat serta memanen hasil tanaman pangan tersebut.
3. Menularkan Kebaikan Konsep Urban Farming
Tanaman sirih, tanaman obat sekaligus tanaman hias (Sumber: arsitag.com)
Hijaunya desain rumah dengan konsep Urban Farming yang tampak keren di tengah abu-abunya hutan beton, tidak hanya menyejukkan mata. Keindahan semarak aneka sayur dan warna-warni bunga, serta harumnya tanaman obat-obatan, diharapkan bisa menularkan semangat kepedulian terhadap lingkungan kepada tetangga di sekitarnya. Secara social, kehidupan bertetangga akan lebih baik, apalagi jika saling berbagi hasil kebun atau bahkan saling melengkapi. Dalam jangka panjang, kebaikan konsep ini bisa menjadikan kota lebih hijau, bersih, sehat, nyaman, mandiri, serta memiliki nilai sosial dan kualitas kehidupan yang lebih baik.
4. Kendala Penerapan Konsep Urban Farming dan Tips untuk Mengatasinya
Void dan dimensi bukaan yang lebar untuk ventilasi silang dan pencahayaan alami (Sumber: arsitag.com)
Memang tidak mudah menerapkan konsep Urban Farming di lingkungan perkotaan yang sempit dan harga lahan yang mahal. Namun, satu prinsip yang harus dipegang teguh “Pasti ada jalan keluar terbaik untuk mewujudkan perubahan yang baik”.
Sebenarnya, sejak awal dididik, seorang calon arsitek diajar untuk peduli pada lingkungan serta memanfaatkan dan merangkul alam secara optimal, untuk menciptakan karya desain terbaik yang maksimal fungsinya bagi “home owner” dan memposisikan karya tersebut sebagai ikon di lingkungannya.
Penerapan konsep Urban Farming untuk penghematan energi (Sumber: arsitag.com)
Kendalanya, keterbatasan lahan dinilai mempersulit terwujudnya konsep ini. Padahal, sebenarnya jangan membayangkan harus membutuhkan lahan yang luas untuk mengadopsi konsep Urban Farming. Ruang terbuka hijau bisa berupa tambulampot (tanaman buah dalam pot) atau hanya memakai polybag sederhana yang hemat biaya. Bisa juga mendesain atap secara khusus sebagai kebun sekaligus taman (rooftop-farming) dan tempat bersantai sambil menikmati keindahan suasana pagi, sore, dan malam hari.
Rumah Kebun Mandiri Pangan, rumah bersih, sehat, dan nyaman dengan Urban Farming (Sumber: arsitag.com)
Kendala lainnya lagi, dalam menerapkan konsep Urban Farming, dibutuhkan kerjasama dan ketekunan “home owner” karena setelah semuanya rampung, home owner-lah yang harus merawatnya. Di sinilah peran arsitek dibutuhkan untuk mengedukasi dan menyakinkan pentingya menerapkan konsep Urban Farming dalam desain. Desain yang baik bukan saja estetis, tetapi komposisi desainnya juga selaras dengan lingkungan, dan harus berperan sebagai agent of change, yang membawa perubahan baik terhadap lingkungannya.
5. Cara Menggabungkan Konsep Urban Farming dengan Desain Bangunan
Void di antara dua massa bangunan, mengoptimalkan ventilasi silang dan pencahayaan alami (Sumber: arsitag.com)
Prinsip Urban Farming bisa diterapkan dalam tiga elemen desain bangunan: ventilasi, pencahayaan, dan tanaman.
Dinding kaca untuk pencahayaan serta menciptakan hubungan dapur dan outdoor (Sumber: arsitag.com)
Di sekeliling Rumah Kebun Mandiri Pangan dialokasikan ruang terbuka hijau. Selain sebagai daerah resapan air, area ini juga untuk berkebun tanaman pangan yang bisa dikonsumsi langsung. Di rumah ini, area berkebun tidak hanya diletakkan di lantai saja, namun juga dialokasikan di seluruh area rooftop massa bangunan bagian belakang. Selain itu, di beberapa area rumah, ada spot khusus tanaman vertikal, dengan metode verticulture dan vertical garden.
Bunga air mata pengantin “Vine Coral Pink” merambat vertikal di besi rangka anti maling (Sumber: arsitag.com)
Ramp mempermudah akses dari lantai dasar langsung menuju rooftop-farming, agar tidak perlu melewati ruang di dalam rumah dan tidak mengotori bagian interior rumah.
Ramp menjadi akses langsung dari lantai dasar ke rooftop farming (Sumber: arsitag.com)
Konsep Urban Farming berarti juga menerapkan prinsip hemat energi dan peduli lingkungan. Penghematan energi dapat diwujudkan dengan memanfaatkan ventilasi silang untuk mengalirkan udara sekaligus akses pencahayaan alami. Rumah Kebun Mandiri Pangan tidak menempel dengan rumah tetangganya agar udara mudah mengalir. Selain itu, banyaknya void, dimensi bukaan yang lebar, dan adanya pemisahan antar dua massa bangunan, mempermudah terbentuknya ventilasi silang.
Rumah Kebun Mandiri Pangan, karya Sigit Kusumawijaya tahun 2015 (Sumber: arsitag.com)
Keinginan memiliki kebun produktif di rumah dengan lahan terbatas, bisa diwujudkan dengan konsep Urban Farming. Konsep ini tidak hanya melulu tentang mengikutsertakan tanaman ke dalam desain, namun juga semua faktor alam yang dapat mendukung fungsi dan kenyamanan. Dengan tekad dan ketekunan, hunian idaman yang berkolaborasi dengan alam pasti terwujud.