Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Banjar atau Rumah Baanjung adalah jenis rumah yang paling ikonik dari rumah tradisional di daerah Kalimantan Selatan. Pada zaman kerajaan dulu, rumah ini merupakan bangunan inti dalam kompleks istana. Rumah ini adalah tempat di mana raja dan keluarganya tinggal. Sejak tahun 1850, dibangun pula di sekitarnya berbagai bangunan dengan fungsi masing-masing.
Nama “Bubungan Tinggi” mengacu pada atap yang tajam dengan 46 derajat kecuraman. Jenis rumah Baanjung ini tentu saja memerlukan lebih banyak uang untuk membuatnya dibandingkan dengan rumah biasa. Jadi, pada saat itu hanya orang-orang kaya saja yang mampu membuatnya.
Rumah Baanjung sudah lapuk dimakan zaman (Sumber: m.tribunnews.com)
Rumah tradisional Banjar ini dibangun dengan beranjung yang dalam Bahasa Banjar “Baanjung”, yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama.
Sejak tahun 1930-an hingga saat ini, kebanyakan orang Banjar tidak lagi menaruh minat untuk membangun rumah Baanjung. Selain karena dibutuhkannya banyak uang untuk membangunnya, banyak orang lebih memilih tipe rumah yang lebih “modern”.
Rumah Baanjung di daerah rawa (Sumber: mentayaniira.wordpress.com)
Bangunan rumah Baanjung
Pondasi. Rumah tradisional Banjar ini pertama kali dibuat di keadaan alam yang berawa-rawa di tepi sungai. Hal ini membuat bangunan dibuat dengan lantai yang tinggi. Pondasi, tiang, dan tongkat sangat berperan dalam konstruksi rumah. Pondasi sebagai konstruksi rumah yang paling dasar biasanya menggunakan kayu Kapur Naga dan kayu Galam. Tiang dan tongkat menggunakan kayu Ulin, dengan jumlah mencapai 60 batang untuk tiang dan 120 batang untuk tongkat.
Kerangka. Kerangka rumah biasanya menggunakan ukuran tradisional depa atau tapak kaki dengan ukuran ganjil yang dipercaya mempunyai nilai magis atau sakral
ANJUNGAN RUMAH KALIMANTAN SELATAN DI TMII (SUMBER: RUMAH.MYLANDSSHORE.COM)
Lantai. Selain lantai biasa, ada pula lantai yang disebut sebagai Lantai Jarang atau Lantai Ranggang. Lantai Ranggang ini biasanya terdapat di Serambi Muka, Anjung Jurai (merupakan tempat untuk melahirkan dan memandikan jenazah) dan Ruang Padu (tempat pembasuhan atau pambanyuan). Bahan yang biasanya digunakan untuk lantai adalah papan kayu Ulin selebar 20 cm, dan untuk Lantai Ranggang dari papan kayu Ulin selebar 10 cm.
DINDING DISUSUN DENGAN PAPAN POSISI BERDIRI (SUMBER: WWW.INDONESIAKAYA.COM)
Dinding. Dinding pada rumah ini terdiri dari papan yang dipasang dengan posisi berdiri, sehingga di samping tiang dibutuhkan Turus Tawing dan Balabad untuk merekatkan.
ATAP YANG CURAM CIRI KHAS RUMAH BAANJUNG (SUMBER: WWW.INDONESIAKAYA.COM)
Atap. Atap bangunan biasanya merupakan ciri yang paling menonjol dari suatu bangunan, termasuk rumah Baanjung. Atap juga merupakan salah satu alasan rumah ini disebut sebagai rumah Bubungan Tinggi. Bahan atap terbuat dari sirap dengan bahan kayu Ulin atau atap dari bahan rumbia.
Ukiran dari kaligrafi (Sumber: www.indonesiakaya.com)
Ukiran. Ukiran biasanya ditempatkan pada bagian yang konstruktif seperti tiang, tataban, papilis, dan tangga. Islam menjadi pengaruh terbesar pada kesenian yang berkembang di daerah Kalimantan, maka motif yang banyak digunakan adalah motif floral daun dan bunga. Terdapat pula ukiran berbentuk kaligrafi.
Ornamen dalam arsitektur tradisional Banjar dikenal dengan istilah Tatah yang dikelompokan ke dalam berbagai bentuk, antara lain Tatah Surut (ukiran berupa relief), Tatah Babuku (ukiran dalam bentuk tiga dimensi) dan Tatah Baluang (ukiran berlubang).
Denah dalam rumah baanjung (Sumber: id.wikipedia.org)
Bagian dalam rumah biasanya berbentuk persegi panjang yang dibagi menjadi beberapa kamar dengan tingkatan yang berbeda.
Palatar. Palatar merupakan teras depan atau disebut juga dengan pendapa. Ruang ini merupakan ruang pertama yang berada langsung di atas tangga pintu masuk rumah.
Panampik Kecil. Sebuah ruangan kecil di belakang Palatar dengan pintu masuk (lawing hadapan). Lantai pada ruangan ini lebih tinggi dari lantai di teras depan. Lantai pada bagian depan kamar ini disebut sebagai Watun Sambungan.
Panampik Tengah atau Panampik Panangah. Ruangan ini berada di belakang Panampik kecil dan berukuran lebih luas. Lantai pada ruangan ini juga lebih lebar dari lantai di Panampik Kecil. Lantai di depan kamar ini disebut Watun Jajakan.
Bagian dalam rumah Baanjung (Sumber: www.indonesiakaya.com)
Panampik Besar atau Ambin Sayup. Lantai pada ruangan ini lebih tinggi dari lantai Panampik Tengah. Lantai depan kamar ini disebut Watun Jajakan, istilah yang sama seperti pada Panampik Tengah.
Palindangan atau Ambin Dalam. Ruangan ini berada di belakang Panampik Besar. Lantai juga memiliki tingkat yang sama dengan Panampik Besar, tetapi ada beberapa yang memiliki lantai lebih tinggi dari Panampik Besar. Bingkai pintu pada ruangan ini tidak memiliki tingkat yang sama dengan lantai, orang Banjar menyebutnya sebagai Watun Langkahan (seseorang harus melangkahi daun pintu untuk masuk).
Bagian dalam rumah Baanjung (Sumber: www.indonesiakaya.com)
Panampik Dalam atau Panampik Bawah. Sebuah kamar yang luas di mana lantai kamar lebih rendah dari Palindang, tetapi memiliki tingkat yang sama dengan Panampik Tengah.
Padapuran atau Padu. Ruang ini adalah ruang terakhir dari rumah utama yang lantainya lebih rendah dari Panampik Bawah. Lantai depan kamar ini disebut dengan Watun Juntaian. Terkadang Watun Juntaian cukup tinggi untuk dilangkahi sehingga tangga diperlukan bagi orang yang ingin masuk.
Padapuran dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
- Semacam dapur
- Tempat untuk mengeringkan kayu bakar
- Pajijiban dan Pagaduran. Tempat untuk mencuci
Kantor Gubernur Kalimantan Selatan (Sumber: sarabanya.com)
Rumah adat Banjar memiliki dimensi yang relatif berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh standar yang berbeda dari segi pengukuran, seperti lebar, tinggi, jumlah jendela, langkah tangga, dll. Jika kita mengukur dimensi dari rumah utama, biasanya memiliki ukuran 31×7 meter. Setiap anjung di sebelah kiri dan kanan bangunan utama biasanya memiliki lebar 5 meter. Ketinggian lantai bawah Anjung dan Palindangan adalah 2 meter di atas tanah dan di bawah Palatar 1 meter.