All Projects | Mo House
Published: 21 November 2018
Description
MO House MENGUBAH GAYA HIDUP Pertama-tama, MO House fokus pada sebuah tantangan: untuk membuat rumah yang terjangkau bagi pasangan baru yang ingin mengembangkan keluarga dalam lahan terbatas sambil mengubah gaya hidup. Mande Austriono—arsitek DFORM sekaligus pemilik rumah—ingin mengadvokasi gaya hidup minimalis dalam arsitekturnya. Karenanya, MO House menjadi pewujudan dari semangat itu dengan menjaga ruangnya terpapas habis hingga yang tersisa hanyalah kualitas ruang dan program yang esensial saja. Ia mencoba menemukan jiwanya dari sebuah bentuk: material, detail, pencahayaan, dan kondisi manusianya. Selanjutnya, ruang yang bersih itu dapat mengarahkan penghuninya untuk hanya menyimpan apa yang diperlukan dan menghilangkan ketidakpuasan dalam menyimpan hal-hal yang tidak perlu. Fokus terhadap keterbukaan dan kerapihan ruang menyebabkan adanya eliminasi pada program: gudang. Menyadari bahwa gaya minimalis bukanlah gaya arsitektur belaka, berikut adalah pemikiran yang ingin disampaikan oleh pemiliknya: “Kami sangat menghargai apa yang kami butuhkan. Setiap kali saya dan istri membeli suatu barang, kami betul-betul mempertimbangkan dan merenungkan: apakah kami benar-benar memerlukannyaa? Jika iya, untuk jangka waktu berapa lama? Ketika kita tidak lagi membutuhkan suatu barang, kita harus bersyukur bahwa barang itu telah memberi kita nilai yang kita butuhkan—dimana setiap barang memiliki jiwa. Kemudian, kami akan menyumbangkannya (barang yang sudah tidak diperlukan) kepada orang lain yang membutuhkan. Ini adalah solusi kami dalam menjaga barang-barang dalam rumah agar tetap terkontrol dan tentu saja, menumpuk barang di gudang bukan salah satu solusinya. Hanya karena ruang terlihat kosong dan bersih, bukan berarti masalah selesai.” KEMAMPUAN UNTUK TUMBUH MO House dirancang untuk keluarga yang sedang berkembang dari pasangan yang memahami urgensi sebuah program dalam rumah: mereka belum membutuhkan kamar tidur anak selama beberapa tahun setelah rumah ini terbangun. Ruangnya dapat direkonfigurasi ulang secara fleksibel sesuai dengan perubahan pola kebutuhan. Ia akan bertumbuh dalam dua fase seiring dengan bertumbuhnya program-program dalam rumah. Tetapi karena pertumbuhan ini biasanya tidak pasti dan harus ditangani dengan hati-hati. Menjadi prinsip yang penting bahwa MO House dapat menjadi hunian yang tahu kapan harus mulai, tumbuh, dan berhenti. Seluruh prosesnya harus dideterminasi terlebih dahulu: berapa lama fase pertama akan terjadi, serta kapan fase kedua akan terjadi. Pada saat yang sama, dengan memahami tahap proses pembangunan, pemiliknya tahu secara pasti berapa banyak anggaran yang mereka harus tabung yang nantinya akan dialokasikan untuk tahap pertama, juga tahap kedua. Oleh karena itu, MO House menjadi rumah yang terjangkau mengingat ia tidak memerlukan banyak uang pada saat yang bersamaan. Program-program pokok yang terdapat dalam MO House pada fase pertama sangatlah sederhana: ruang tamu dengan ketinggian ganda sebagai titik awal, kemudian kamar mandi di bagian dalam rumah yang sekaligus menjadi pemisah antara ruang tamu dan dapur. Setelah masuk, terdapat tangga pelat baja di sebelah kiri untuk mengakses kamar tidur bergaya loft di lantai dua untuk dua orang. Kamar tidur tersebut memiliki plafon yang mengikuti bentuk segitiga dari atap rumah dengan skylight di mana kedua elemen tersebut memperluas ruang secara vertikal. Hal tersebut dilakukan sebagai kompromi atas skala ruang mengingat luasan area kamar tidur yang cenderung kecil. Keterbukaan pada ruang di bawah tangga akibat penggunaan pelat baja sebagai strukturnya juga menghasilkan fleksibilitas ruang untuk berubah menjadi program yang berbeda. Dengan demikian, perabotpun didesain agar dapat mudah dipindah untuk menciptakan beberapa kombinasi program dan ruang. Pada bagian belakang rumah, terdapat dapur—terpisah oleh jendela kaca besar sebagai pengganti dinding—dengan halaman belakang. Halaman belakang itu sendiri menjadi ruang potensial untuk pertumbuhan ruang fase pembangunan kedua: sebagai kamar tidur anak-anak di lantai dua dan sebagai perpanjangan ruang keluarga di lantai bawahnya. Jendela kaca besar yang lebih mudah dilepas dibandingkan dengan menghancurkan dinding bata akan membuat proses pembongkaran pada fase kedua menjadi lebih efisien. Dengan menumbuhkan ruang di halaman belakang—secara horizontal—alih-alih secara vertikal, pemiliknya masih dapat tinggal di rumah sementara proses kontruksi bangunan dilakukan yang mana juga dapat mengurangi pengeluaran. Ukuran pintu depan dan pintu belakang yang besar dirancang dalam satu garis sirkulasi linear karena dipersiapkan untuk efisiensi distribusi bahan bangunan dari halaman depan ke halaman belakang. Massa bangunan hasil pembangunan fase kedua akan terpisah dari massa bangunan fase pertama dan dihubungkan dengan jembatan. Terpisahnya massa bangunan memungkinan kedua kamar tidur untuk memiliki bukaan besar dengan jendela kaca yang saling berhadapan. Terlepas dari fakta bahwa MO House dibangun di atas lahan yang terbatas, prinsip-prinsip iklim mikro tetap dapat diaplikasiakan di seluruh sudut rumah. Yang perlu digarisbawahi dalam pertumbuhan MO House adalah mengetahui kapan fase pertumbuhannya harus selesai. Nantinya rumah ini tidak akan menjadi tumor yang tidak berbentuk dan memiliki ambiguitas: bentuk manakah yang sebenarnya harus diakhiri dan dinikmati. PEMISAHAN RUANG MO House dibangun di dalam DFHousing di mana terdapat sepuluh rumah dengan bentuk dan ukuran yang serupa dalam tapak 5 x 14,5 meter. Jalan pedestrian 1,2 meter di depan masing-masing rumah menjadi area publik di mana para penghuni DFHousing bertemu dan berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, pemilik rumah merasa perlunya ada pemisahan antara ruang publik dan ruang privat. Dinding putih bersih sebagai penahan dan filter antara kehidupan di dalam dan di luar dipilih tepat sebagai fasad MO House. Fasad ini dirasakan sebagai karakter pemilik yang ingin menutup dirinya dari publik dan sepenuhnya menyatukan diri dalam ruang dalam MO House yang dapat memberi rasa aman. Di dalam, terdapat ruang lapang dengan karakter yang berbeda dari fasadnya: keterbukaan. Ruang tamu dengan tinggi ganda dicat dengan warna putih sehingga cahaya alami yang masuk menembus skylight terpantul padanya dan memberikan kesan area menjadi lebih luas di seluruh rumah. Skylight menjadi substitusi bukaan pada fasad. Plafon segitiga yang terdapat di kamar tidur bergaya loft cocok dengan interior yang bersih: area menjadi lapang dan suasana hunian yang tenang. Jenis material yang digunakan di MO House sangatlah sederhana karena arsitekturnya telah sepenuhnya meliputi segala kekuatan dan kekurangannya. Untuk mencapai rumah yang terjangkau, DFORM harus memberikan pemilihan yang kreatif dalam pemasangan material dan lapisan penutupnya. Hasil akhir dari rumah ini mungkin terkesan mentah, tetapi meskipun demikian, ide di belakang rumah ini tersajikan dengan baik.
MO House MENGUBAH GAYA HIDUP Pertama-tama, MO House fokus pada sebuah tantangan: untuk membuat rumah yang terjangkau bagi pasangan baru yang ingin mengembangkan keluarga dalam lahan terbatas sambil mengubah gaya hidup. Mande Austriono—arsitek DFORM sekaligus pemilik rumah—ingin mengadvokasi gaya hidup min...
Show lessShow moreProject Status: Terbangun
Project Year: 2015
Project Cost(IDR): IDR 1,5 milyar - 2 miliar
Lokasi: Jl. Masjid Baiturrahim, Jurang Manggu Tim., Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia